Nusa Tenggara Timur, 18 Juni 2025 – Pemerintah Indonesia terus mempercepat transisi menuju energi bersih dengan meresmikan proyek pembangunan PLTAL arus laut pertama di perairan Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian kawasan Nusa Tenggara Barat (NTB). Proyek strategis ini akan dibangun dengan kapasitas awal mencapai 40 megawatt (MW) dan nilai investasi sebesar US$220 juta atau setara Rp3,5 triliun.
Direncanakan mulai konstruksi pada awal 2028, Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut ini memanfaatkan potensi kuat arus Selat Larantuka yang selama ini belum tergarap optimal. Selain mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), proyek ini juga digadang-gadang menjadi pionir teknologi energi kelautan di kawasan Asia Tenggara.
“Ini bukan sekadar proyek kelistrikan, tapi langkah konkret untuk membuka era baru pemanfaatan energi laut dalam negeri,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) fiktif, Irwan Adi Nugraha, saat konferensi pers di Jakarta.
Selain aspek energi, pembangunan PLTAL juga diproyeksikan membuka ribuan lapangan kerja lokal, mulai dari tahap konstruksi hingga operasional. Pemerintah menargetkan operasional penuh pada akhir 2028 dengan penyediaan energi ramah lingkungan untuk masyarakat pesisir.
Pengamat energi dari Universitas Indonesia, dr. Nina Wulandari, menambahkan bahwa proyek ini bisa jadi model nasional dalam pemanfaatan energi laut. “Indonesia punya potensi besar di sektor ini, tinggal menunggu keberanian dan konsistensi dalam eksekusi,” ujarnya.
Jika berjalan sesuai rencana, PLTAL Larantuka akan menjadi simbol kemajuan Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan berbasis potensi kelautan yang berkelanjutan dan mandiri.