26 Juni 2025 – Fenomena gagal panen cuaca ekstrem menjadi perhatian serius di beberapa wilayah Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat peningkatan intensitas hujan dan badai yang mengakibatkan banyak tanaman gagal panen.
Menurut Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG, Rina Wulandari, fenomena ini terjadi karena perubahan pola iklim yang semakin sulit diprediksi. “Kami melihat intensitas curah hujan yang sangat tinggi di luar musim, membuat petani kesulitan melakukan antisipasi,” ujar Rina dalam konferensi pers virtual, Kamis (26/6).
Wilayah yang mengalami dampak paling parah adalah Kabupaten Brebes dan Cilacap, di mana sejumlah komoditas pertanian seperti bawang merah, padi, dan cabai mengalami penurunan hasil panen hingga lebih dari 50 persen. Hal ini memicu kekhawatiran lonjakan harga pangan dalam waktu dekat.
Salah satu petani asal Brebes, Sutikno (47 tahun), mengungkapkan keresahannya atas situasi ini. “Biasanya panen cukup stabil, tapi sekarang hasilnya turun drastis. Kami khawatir harga di pasar akan melonjak dan berdampak buruk bagi masyarakat luas,” tuturnya.
Pemerintah daerah bersama Kementerian Pertanian kini tengah merancang langkah cepat guna menanggulangi dampak gagal panen cuaca ekstrem. Salah satunya dengan memberikan bantuan benih tahan cuaca ekstrem serta memperkuat sistem irigasi.
Jika kondisi ini terus berlanjut, kenaikan harga pangan diprediksi tak terhindarkan. Oleh karena itu, upaya mitigasi segera harus dilakukan agar masyarakat tidak semakin terbebani.